Teuku Umar adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Aceh, yang berjuang mempertahankan Aceh dari Belanda. Teuku Umar Lahir di Meulaboh, Aceh Barat pada 1854, Beliau adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Teuku Umar sendiri adalah keturunan Minangkabau. Kakeknya Datuk Makdum Sati, dikenal berjasa terhadap Sultan Aceh.
Di waktu kecilnya ia memiliki sifat pemberani. Ia juga dikenal pantang menyerah, cerdas dan senang berkelahi. Ketika usianya 19 tahun ia diangkat sebagai keuchik Daya Meulaboh, dan terjadi perang Aceh. Teuku Umar pun bergabung dengan para pejuang-pejuang di kampungnya hingga Aceh Barat.
Setahun kemudian ia menikah dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang. Karena ingin meningkatkan derajatnya, ia menikahi puteri Panglima Sagi XXV Mukim bernama Nyak Malighai yang menjadikannya gelar Teuku dan dikaruniai anak perempuan bernama Cut Gambang yang. Pada tahun 1880 Teuku Umar kembali menikah. Kali ini dengan putri pamannya Cut Nyak Dien. Keduanya lantas berjuang bersama menyerang pos-pos Belanda di Krueng.
Teuku Umar pernah berdamai dengan Belanda tahun 1883. Namun satu tahun kemudian perang kembali terjadi di antara keduanya. Pada tahun 1893, Teuku Umar mulai menemukan cara untuk mengalahkan Belanda dari 'dalam'. Ia berpura-pura menjadi antek Belanda. Aksi ini sempat membuat Cut Nyak Dien marah besar.
Berkat jasanya menundukkan beberapa pos pertahanan di Aceh, Teuku Umar mendapat kepercayaan dari Belanda. Ia diberi gelar Johan Pahlawan dan diberi kebebasan untuk membentuk pasukan sendiri yang berjumlah 250 orang tentara dengan perlengkapan senjata lengkap dari Belanda. Pihak Belanda tidak mengetahui, kalau hal tersebut hanya akal-akalan Teuku Umar semata yang telah bekerja sama dengan para pejuang Aceh sebelumnya. Tak lama kemudian, Teuku Umar diberi tambahan pasukan, 120 prajurit dan 17 panglima termasuk Pangleot sebagai tangan kanannya.
Pada tanggal 30 Maret 1896, Teuku Umar keluar dari militer Belanda. Di sinilah ia kemudian melancarkan serangan berdasarkan strategi dan siasat perang miliknya. Bersama pasukan yang sudah dilengkapi 800 pucuk senjata, 500 kg amunisi, 25.000 peluru dan uang 18 ribu dolar, Teuku Umar yang dibantu Teuku Panglima Polem Muhammad Daud dan 400 orang pengikutnya membantai Belanda. Tercatat ada 190 luka-luka dan 25 orang tewas dari pihak Belanda.
Gubuernur Deykerhof sebagai pengganti Gubernur Ban Teijn yang sudah memberi kepercayaan kepada Teuku Umar selama ini merasa sakit hati karena telah dikhianati Teuku Umar. Ia kemudian memerintahkan Van Heutsz bersama pasukan besarnya untuk menangkap Teuku Umar. Serangan mendadak ke daerah Meulaboh itulah yang menyebabkan gugurnya Teuku Umar. Ia ditembak dan gugur di medan perang, tepatnya di Kampung Mugo, pada 10 Februari 1899.
Pada tanggal 6 November 1973 pemerintah Indonesia menganugerahi Teuku Umar sebagai pahlawan nasional lewat SK Presiden No. 087/TK/1973. Nama pahlawan pemberani ini juga dijadikan nama jalan di kota-kota besar.
Wrote by Unknown