Kopi Saring Aceh
Jika menelusuri asal kopi di Aceh, berasal dari Belanda yang dibawa oleh pedagang Belanda pada sekitar abad XVII melalui Jakarta (yang dulu disebut Batavia) lalu sampai ke Aceh. Awalnya kopi yang dibawa itu berjenis kopi Arabica, dengan seiring berkembangnya petani kopi di Aceh, kopi robusta pun di budidaya disini. Aceh yang memilki tanah yang subur membuat tanaman kopi ini mudah untuk tumbuh.
Jenis kopi Arabica yang identiknya tumbuh di dataran tinggi gayo, Takengon. Untuk daerah Pidie, dan Aceh Barat dimana dataran disana lebih rendah, masyarakat disana lebih membudidayakan kopi jenis Robusta.
Belum lengkap rasanya jika kita membahas Aceh tapi tidak membahas kopinya. Hampir disetiap jengkal toko di Banda Aceh menjajakan kopi, sehingga Aceh sering disebut kota 1001 warung kopi. Kopi yang mayoritas di jual adalah kopi jenis robusta, selain kita dapat memperoleh harga yang murah, cita rasa yang diperoleh juga berbeda. Ada satu hal unik dalam penyajian kopi ini, sehingga orang menyebutnya kopi saring Aceh. Menikmati secangkir kopi di Aceh terkandung banyak tradisi budaya di dalamnya, bagi masyarakat Aceh warung kopi merupakan tempat berkumpul dan bersilahturrahmi. Disitu begitu banyak jenis interaksi sosial terjadi, baik dari berdagang, membahas politik dan melepas penat di balik rutinitas keseharian bekerja.
Jika anda duduk di warung kopi, akan terlihat sosok barista (atau orang aceh identik memanggilnya Cutbang, Cutlem, Dekgam nama sebutan untuk kaum lelaki) yang mengangkat lengannya setinggi mungkin seraya menahan saringan kopi yang berbentuk segitiga lancip kebawah, sebuah saringan yang terbuat dari kain mengkerucut panjang ke bawah. Dimana tetesan air kopi jatuh dari ujung saringan tersebut tepat kedalam gelas yang didalamnya sudah ada gula. Pastinya kira penasaran, kenapa harus seperti itu???
Teknik penyajian kopi di Aceh termasuk unik, hal ini bertujuan memperoleh rasa kopi yang nikmat. Bubuk kopi di ambil dari wadah penyimpanan lebih kurang 1 mock kemudian dimasukan ke dalam saringan yang berbahan kain. Setelah diletakkan di dalam teko, selanjutnya teko dipanaskan dengan arang, panas arang dipercaya dapat meningkatkan cita rasa yang terkandung di dalam kopi robusta ini. kemudian teko kosong satu lagi disiapkan untuk menarik kopi. Jadi digunakan 2 teko secara bergantian untuk menarik kopi. Tidak mudah dalam menyaringnya, dikarenakan saringan kopi harus di angkat setinggi mungkin agar tetesan air kopi diperoleh maksimal. Di dalam saringan lebih kurang terdapat 250 mg kopi, setelah tercampur dengan air lebih kurang beratnya menjadi 1 kg-an, 3 atau 4 kali tarikan kopi siap untuk dihidangkan.
Berjamurnya kedai kopi di banda Aceh tak lain karena bertambahnya jumlah penikmat kopi, baik dari kaum anak muda maupun kaum wanita. Bagi anda penikmat kopi, jangan lupa untuk mencicipi nikmatnya kopi Aceh.
Tags:
Kuliner
0 komentar